Friday, October 7, 2011

Kesepakatan dalam Bahasa

Sekali lagi, saling pengertian antara penutur dan mitra tuturnya dalam sebuah peristiwa tutur dimungkinkan terjadi karena adanya kesepakatan (konvensi) di antara mereka tentang bentuk dan makna bahasa yang mereka pergunakan. Konvensi ini melahirkan tacit undertanding dan tacit agrement antara sesama penutur bahasa. Kita dapat membayangkan dua orang dari komunitas  bahasa yang berbeda bertemu dan melakukan peistiwa tutur dengan menggunakan bahasanya masing-masing. Tentu saja tidak tercipta saling pengertian di antara keduanya karena tidak ada kesempatan mengenai bentuk dan makna bahasa yang mereka gunakan. Sepintas kedua orang tersebut saling berkomunikasi dan berinteraksi, namun pada hakikatnya mereka tidak sedang menggunakan bahasa karena pada saat itu apa yang mereka anggap sebagai bahasa dan digunakannya bertutur tidak lagi menjadi bahasa, karena tidak mampu menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai bahasa.
Komunikasi disebut berhasil bila pesan (umpamanya X) yang disampaikan oleh pengirim pesan (encoder) diterima oleh penerima pesan (decoder) dalam bentuk dan kualitas yang sama dengan yang dikirim (yaitu X, bukan Y, atau X=1, atau yang lainnnya ). Peristiwa tutur antara dua orang dari komunitas bahasa yang berbeda dan tidak saling mengerti satu sama lain. seperti dalam ilustrasi di atas menegaskan betapa sifat konvensional bahasa sangat penting dan ketiadaanya menimbulkan akibat yang fatal yaitu gagalnya komunikasi yang berarti tidak tersampaikan pesan yang ingin disampaikan.
Seorang dokter dan asistennya yang sedang bertugas menggunakan operasi pembuluh darah jantung di kamar bedah sebuah rumah sakit selalu sangat cermat menyampaikan dan menerima pesan tentang urutan alat-alat yang dipergunakan dalam tugas tersebut. Antara keduanya  harus tercipta konvensi yang sangat kuat mengenai bentuk dan makna bahasa yang mereka gunakan. Itulah mengapa ketika sang dokter menyebut [gunting], misalnya, asistennya menyodorkan sesuatu yang persis seperti yang dimaksudkan oleh sang dokter yaitu "gunting". Dalam melaksanakan tugas serumit ini, tentu tidak diharapkan terjadi kasus dimana sang dokter meminta gunting dan sang asisten menyodorkan yang lain misalnya gergaji.
Sifat konvensional bahasa yang tergambar dari ilustrasi guru dan murid dan ilustrasi dokter dan asistennya selain ditentukan oleh faktor intralingual misalnya hubungan bentuk dan makna bahasa seperti yang sudah diuraikan, juga ditentukan oleh faktor-faktor extralingual seperti konteks peristiwa tutur. Termasuk dalam konteks peristiwa tutur ini antara lain: relasi interlocutor (siapa berbicara dengan siapa), konten pembicaraan, waktu, tempat, dan setting.  

No comments:

Post a Comment